Powered By Blogger

Minggu, 17 Juli 2011

Psikoanalitik Klasik (Freud)

  1. PANDANGAN Psikoanalitik Klasik tentang Manusia


     

    1. Manusia tidak mmegang nasibnya sendiri, tingkah laku manusia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-instingnya.
    2. Tingkah laku manusia dikendalikan oleh pengalaman masa lampau
    3. Tingkah laku individu ditentukan oleh faktor-faktor interpersonal dan intrapsikis à psikis determinisme.


 

  1. Kepribadian.
    1. Tiga tingkat kesadaran yang mempengaruhi perkembangan kepribadian :
      1. Kesadaran
      2. Ambang kesadaran
      3. Ketidaksadaran
    2. Struktur Kepribadian
      1. Id : sistem dasar kepribadian à
        libido yang meliputi instink-instik manusia : seks dan agresi. Prinsip : PEMUASAN DIRI
      2. Ego tidak dibawa sejak lahir, tetapi berkembang seiring dengan hubungan individu dengan lingkungan. Ego menghubungkan individu dengan lingkungannya. Prinsip : REALITAS
      3. Superego : Kontrol internal, terdiri dari :
        1. Kata hati : apa yang seharusnya tidak dilakukan
        2. Ego-ideal : apa yang seharusnya à saya menjadi

        Prinsip ; MORAL DAN KESEMPURNAAN

    3. Dinamika kepribadian : terpusat pada dinamika hubungan antara id, ego dan superego


 

  1. Perkembangan Kepribadian
    1. Asumsi.
      1. Dasar kepribadian terbentuk pada usia lima tahun pertama, kemudian periode tenang dan aktif kembali pada periode remaja (adulesen)
      2. Pada setiap periode perkembangan ada bagian tubuh tertentu yang menjadi pusat kepuasan diri.
    2. Tahap perkembangan
      1. Pregenital
  • Oral
  • Anal
  • Phallic
  1. Latency : masa tenang, pembentukan ketrampilan yang tidak terkait dengan unsur-unsur seks.
  2. Genital :
    masa heteroseksual
  1. Perkembangan kepribadian menerapkan hasil dan faktor besar :
    1. Kematangan : apabila individu bergerak menurut pola perkembangan yang alamiah.
    2. Hasil belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan
    3. Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kenerja Id, Ego dan Superego.
  1. KASUS
    1. Setiap tahap perkembangan individu rawan terhadap suasana frustasi, konflik, dan rasa tertekan
    2. Mekanisme pertahanan diri : cara ego menghadapi masalah melalui penolakan, pemalsuan ataupun memanipulasi kenyataan à beroperasi secara tidak sadar.
      1. Identifikasi : menyatukan ciri-ciri orang lain kedalam kepribadian sendiri.
      2. Displacement :
        mengalihkan perhatian dari satu obyek ke obyek yang lain.
        1. Kompensasi
        2. Sublimasi
      3. Represi : menolak atau menekan dorongan-dorongan yang muncul dengan cara tidak mengakui adanya dorongan itu
      4. Proyeksi : melemparkan keadaan diri (mis : kecemasan) kepada orang atau obyek lain
      5. Reaksi-formasi : mengganti dorongan yang muncul dengan hal-hal yang sebaliknya
      6. Fiksasi terpaku pada satu tahapan perkembangan, karena takut memasuki tahap perkembangan berikutnya
      7. Regresi : kembali ke tahap perkembangan sebelumnya.
    3. Tingkah laku salah suai (TLSS) disebabkan oleh karena kekacauan dalam berfungsinya individu :
      1. Dinamika yang tidak efektif antar Id, Ego dan Super ego
      2. Proses belajar yang tidak benar pada masa kanak-kanak
    4. Neurosis : keadaan ini dapat dikembalikan kepada proses perkembangan awal, bagaimana individu mengaktualisasikan Mekanisme Pertahanan Diri untuk mengatasi ketegangan dirinya. Keadaan neurosis amat menguras energi sehingga individu tidak mampu lagi menghadapi kenyataan. Yang terjadi adalah LINGKARAN SETAN.

Sabtu, 16 Juli 2011

PERSPEKTIF HEALING

Tugas Kelompok
PERSPEKTIF HEALING
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Konseling
Dosen pengampu : Dr. Sukiman, M.Pd.
UMK.JPG
Disusun oleh :
Kelompok 4
Za’imah                      (2008-31-014)
Retno Handayani        (2008-31-026)
Arief Burhanuddin      (2008-31-074)
Nor Patmiyati             (2008-31-154)
Nur Kholishoh            (2008-31-168)
M. Roni                      (2008-31-204)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2011

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang

Konseling memiliki makna yang luas dan beragam. Namun, apa saja makna konseling dan apa yang melatar belakanginya, sering kali sulit untuk dipahami dan dicari dalam literatur. Sebab, banyak penulis lebih senang membahas tentang teori-teori konseling dan pendekatan-pendekatannya.
Psikologi Konseling merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dengan konsep model khususnya tingkah laku yang menyimpang. Dalam arti bahwa psikologi konseling dalam pelaksaannya berlandaskan pada model-model konseling dengan menggunakan metode wawancara yang disesuaikan dengan model sesuai dengan masalah yang dihadapi klien. Kesimpulannya, psikologi konseling telah berkembang dengan memadukan antara bimbingan dan psikoterapi ke dalam suatu program pengembangan konsep dan metode-metode baru berdasarkan pada bidang psikologi.
Dari buku yang berjudul : Psychology Counseling: Perspectives and Functions, karya Gerald L. Stone tahun 1985. Secara khusus isinya membahas tentang makna konseling berdasar atas tinjauan sejarah yang kemudian disebut dengan istilah perspektif, serta bagaimana implementasi atau pendekatannya dalam praktek konseling dari masing-masing perspektif tersebut, yang merupakan gambaran tentang fungsi dari makna tersebut. Dijelaskan dalam buku ini bahwa berdasar perspektif psikologi konseling, konseling pertama-tama dimkanai sebagai memandu, kemudian menyembuhkan, memfasilitasi, memodifikasi, merestrukturisasi, mengembangkan, mempengaruhi, mengkomunikasikan, dan mengorganisasikan. Dalam membahas masing-masing makna, secara khusus dibahas tentang latar belakang historisnya, sedang dalam membahas pendekatannya diklasifikasikan kedalam enam hal, meliputi orientasi, pembukaan, konseptualisasi, intervensi, evaluasi, dan pengembangan professional. Dalam bagian akhir dari buku tersebut, secara khusus dibahas tentang perspektif dalam perspektif melalui pembahasan berdasar atas teori Jung. Dibahasnya teori ini karena dianggap sebagai salah satu teori yang memiliki dimensi-dimensi paling integratif.


  1. Rumusan Masalah
  1. Pengertian Perspektif Healing ?
  2. Ruang Lingkup Healing?



















BAB II
PEMBAHASAN
            Berdasarkan pada rumusan masalah diatas maka berikut adalah pembahasannya :
  1. Pengertian Perspektif Healing
Berdasarkan perpsektif sejarah lahirnya konseling, kajian psikologi konseling dapat diurutkan pembahasannya yang meliputi : membimbing, menyembuhkan, memfasilitasi, memodifikasi, merestrukturisasi, mengembangkan, mempengaruhi, mengkomunikasikan, .dan mengorganisasikan. Masing-masing dibahas berdasar atas perspektif latar belakang historis dan pendekatannya berdasar atas fungsi konseling.
Pada paper (makalah) ini akan membahas mengenai perspektif healing (penyembuhan)
Perspektif Healing adalah merupakan suatu teknik penyembuhan kepada klien dengan menggunakan pendekatan-pendekatan konseling.
Mengapa dari perspektif healing ini konseling harus dilakukan seperti itu? Ternyata diketahui bahwa model pendekatan ini berakar dari tradisi sejarah, khususnya tradisi spiritual, suatu bentuk penyembuhan yang  dipinjam dari masyarakat primitif.

Latar Belakang Historis

Dalam psikologi konseling, perspektif modern tentang penyembuhan berakar dalam beberapa tradisi sejarah yang mendasari psikoterapi dinamik, khususnya tradisi spiritual dan ilmiah.
Dalam tradisi spiritual, penderitaan manusia disebabkan oleh kerasukan psiritual, sehingga bentuk-bentuk tritmennya dilakukan dengan meminjam dari masyarakat primitif, diantaranya adalah melalui : (1) exorcism atau pengusiran roh jahat, dan (2) pengobatan jiwa yang dilakukan melalui pengakuan dosa sebagaimana tradisi dalam komunitas protestan, suatu pertanda penting lain dari psikoterapi dinamik.
Dalam tradisi ilmiah ditandai dengan digunakannya metode hipnotisme sebagai metode penyembuhan, sedangkan dalam psikoterapi dinamik yang diawali dengan praktek-praktek penyembuhan terhadap pasien neruroses, yaitu penderita histeria dan neurathenia
Menurut Sukiman (Uki-edukita.blogspot.com) istilah perspektif digunakan untuk alasan konseptual, sosial dan historis:
a. Konseptual, berkaitan dengan kerangka kerja/pemikiran yang luas untuk memahami penjelasan para teoritisi dan praktisi konseling.
b. Sosial, pelaksanaan konseling tidak terjadi dalam kefakuman, tetapi dipengaruhi oleh kondisi social.
c. Historis, berkaitan dengan pengenalan sejarah tentang dunia konseling.
Berdasarkan latar belakang sejarah, terdapat tiga perspektif: guiding, healing, dan facilitating, yang ketiganya berkaitan dengan dua tradisi historis pokok, yaitu Bimbingan jabatan dan psikoterapi.
  1. Ruang Lingkup
Setelah memahami pengertian dan latar belakang perspektif Healing maka berikut penerapan untuk digunakan konselor dalam mengani klien dengan pendekatan healing (healing)
1.      Pendekatan Healing
a. Orientasi
Dalam teorinya, Freud menggambarkan bahwa represi berhubungan dengan alam ketidaksadaran, sesuai pandangannya tentang topografi (alam ketidaksadaran, pra sadar, dan kesadaran). Ajaran psikoanalisis Freud tidak lepas dari pengaruh Breuer dalam menangani penderita histeria melalui hipnosis, dengan membuat pasien mengalami kembali ingatan dan perasaan sakit yang dilupakan (diprepresi) dalam alam ketidaksadarannya. Namun karena sulit diterapkan, Freud mengembangkan metode langsung (interpretasi) melalui asosiasi bebas, interpretasi mimpi, dan transferen.. Freud juga membedakan kehidupan mental dalam ego, super ego, dan id dan ketika ia membicarakan tentang regulasi kekuatan fisik, ia menjelaskannya melalui prinsip kepuasan/ketidakpuasan. Ketika ia bicara tentang perbedaan fungsi mental, ia mengunakan istilah proses primer dan sekunder, ia menngunakan konsep teori libido dan daerah erotogenetik, dan ketika bicara tentang neurosis ia menjelaskannya melalui kecemasan dan mekanisme pertahanan diri, dan yang lainnya. Secara konseptual, psikodinamik merujuk kepada beberapa pendekatan psikologis yang berusaha untuk menjelaskan prilaku dalam istilah motif dan dorongan-dorongan (drives), sedangkan psikoanalisis hanya satu dari sistem tersebut.
Ajaran psikoanalisis Freud tidak lepas dari pengaruh Breuer dalam menangani penderita histeria melalui hipnosis, dengan membuat pasien mengalami kembali ingatan dan perasaan sakit yang dilupakan (diprepresi) dalam alam ketidaksadarannya. Namun karena sulit diterapkan, Freud mengembangkan metode langsung (interpretasi) melalui asosiasi bebas, interpretasi mimpi, dan transferen.. Freud juga membedakan kehidupan mental dalam ego, super ego, dan id dan ketika ia membicarakan tentang regulasi kekuatan fisik, ia menjelaskannya melalui prinsip kepuasan/ketidakpuasan. Ketika ia bicara tentang perbedaan fungsi mental, ia mengunakan istilah proses primer dan sekunder. Ketika bicara tentang perkembangan ia menjellaskan melalui makna psikoseksual pada awal kehidupan dan proses sosialisasi. Ketika bicara tentang neurosis ia menjelaskannya melalui kecemasan dan mekanisme pertahanan diri, dan yang lainnya.
Mann (1973) telah mendiskusikan beberapa konsep psikoanalisa dalam istilah umum psikoterapi singkat (brief psychotherapy). Ciri utama pendekatan ini : waktu dan tujuan terbatas. Tujuan ditekankan dalam istilah psikodinamik, melalui penjelasan dalam istilah-istilah yang mudah dihubungkan dengan perasaan dan pengalaman klien, sebagai refleksi empat konflik dasar, yaitu : ketergantungan vs kemandirian, aktif vs pasif, kepercayaan diri yang adekuat vs kepercayaan diri yang kurang, serta kesedihan yang terpecahkan. Pendekatan Mann tersebut telah diterapkan oleh para konselor dalam konseling, terutama untuk tujuan pengembangan. Melalui psikoterapi singkat tersebut, berarti bahwa fungsi konseling telah dijelaskan dalam istilah konsep-konsep psikoanalisa.




b. Pembukaan
Pergerakan dari hipnosis ke asosiasi bebas, menjadikan terapis secara meningkat pasif. Sikap pasif ini penting pada awal perkembangan psikoanalisis, sebab hanya dengan pasif psikoterapi dapat dilakukan dengan tepat. Di lain pihak, muncul beberapa bentuk terapi dinamik, seperti pada psikoterapi singkat, yang menuntut peran aktif terapis, terutama pada fase awal. Dalam menegaskan waktu dan mengklarifikasi masalah, terapis juga secara aktif mendorong klien dengan pernyataan tulus dan aspek-aspek positif lain dari masa lalu klien dalam upaya memecahkan masalah-masalah dalam perkembangannya. Kondisi ini sekaligus akan menstimulasi harapan-harapan positif klien, sehingga dapat lebih berpartisipasi secara aktif. Dengan demikian, penggunaan metode singkat berdasar teori psikoanalisa memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi pengalaman positif pada diri klien menuju terjadinya koreksi terhadap pengalaman-pengalamannya.

c. Konseptualisasi
Inti dari psikoterapi singkat adalah mengidentifikasi masalah utama klien. Terapis mendorong klien untuk berbicara, mengungkapkan konflik-konflik ketidaksadarannya, dan informasi lain yang terkait dengan konsep psikoanalisa untuk menentukan pikiran, perkembangan kepribadian, dan ekspresi dirinya. Salah satunya melalui metode asosiasi bebas. Dengan memberikan perhatian terhadap ekspresi perasaannya serta alasan-alasan klien dalam mencari bantuan, akan menjadikan perasaan dan fantasi-fantasinya dapat diperoleh. Sesudah informasi-informasi yang relavan diperoleh, tema dalam psikoanalisa selalu dimulai dengan mengkomunikasikan pengalaman masa lalu yang tersisa dan aktif di masa kini, sehingga dapat dikoreksi.

d. Intervensi
Dalam psikoterapi singkat, tiga sesi pertama dari empat sesi yang ada, peran terapis adalah mendorong dinamika pada diri klien, dan setelah itu perasaan-perasaan positif klien dan terbebas dari gejala-gejala, mulai memudar dan menghilang.
Penting bagi terapis adalah membawa perasaan-perasaan yang dialami pada masa awal kehidupan ke dalam alam kesadaran, sehingga klien dapat mulai merasakan dan mengetahuinya apa yang terjadi pada masa lalu dan membawanya ke dalam cara-cara saat ini yang lebih adaptif. Untuk mendorong pengekspresian pengalaman masa lalunya tersebut, terapis dapat menggunakan relasi therapeutik, serta metode asosiasi bebas dan interpretasi.  
e. Evaluasi
Dalam perspektif penyembuhan, metode studi kasus telah memberikan makna utama bagi substansi proposisi teoritik. Metode ini termasuk pengumpulan sejumlah besar penjelasan materi dari seseorang dan penolakan deskripsi dehumanisasi. Selama psikoterapi, observasi terhadap pasien harus dicatat.
Salah satu ahli yang banyak melakukan evaluasi melalui studi kasus dalam psiko terapi adalah Marlan. Dalam stategi evaluasinya, Marlan menekankan kepada :
1.      penggunaan pendekatan studi kasus
2.      fakus kepada pertimbangan-pertimbangan klinis,
3.      menggunakan teori psikoanalisis dalam menjelaskan variabel-variebel seleksi, metode dan hasil-hasilnya

f. Pengembangan profesional
Pengalaman therapeutik dianggap penting karena dipercayai bahwa trainee dapat mengapresiasi dan bekerja dengan dinamika dan proses ketidaksadaran dari orang lain, hanya kalau ia telah bekerja dengan dirinya sendiri, memiliki pengalaman terhadap konflik-konfliknya, terbebas dari prilaku-prilaku kekalahan diri (self-defeating), dan memiliki pengalaman dalam memecahkannya. Dengan demikian trainee harus menjadi ”klien” dan sebagai therapis bagi dirinya sendiri, sehingga ia akan memperoleh pemahaman baru metode terapeutik melalui identifikasinya kepada terapis, dalam menemukan ketidaksadaran mereka dan dalam memecahkan konflik-konflik mereka. Sedangkan supervisi therapeutik dimaksudkan untuk memahami kemungkinan terjadinya bias-bias dalam terapeutik dan dalam rangka menstimulasi proses-proses perubahan dalam relasi antara terapis dengan klien.
                                                Dari penegertian diatas maka pada akhirnya disimpulkan bahwa dalam penyembuhan, fungsi konseling dalam Pembukaan adalah pentingnyaa memperhatikan variabel-variabel relasional dan pengaruh-pengaruh sosial, dalam konseptualisasi perlunya asesmen dalam rangka amemahami konflik-konflik ketidaksadaran, dalam intervensi perlunya penggunaan psikoterapi individual, dalam evaluasi perlunya digunakan studi kasus sebagai bukti, dan dalam pengembangan profesional pentingnya pembelajaran pribadi melalui supervisi.

2. Teknik pelaksanaan Healing :                                                                                             
Para healer (konselor) dalam praktik konseling mendorong konseli untuk berbicara, memperoleh informasi tentang konflik-konflik tak sadar, dan menghubungkan informasi itu dengan konsep-konsep psikoanalisis mengenai faktor-faktor yang menentukan pikiran, perkembangan kepribadian, dan pernyataan diri. Salah satu metode untuk meperoleh informasi berkenaan dengan hal-hal di luar kesadaran konseli dengan menggunakan asosiasi bebas.



















BAB III
PENUTUP

       Kesimpulan
Dalam psikologi konseling, perspektif modern tentang penyembuhan berakar dalam beberapa tradisi sejarah yang mendasari psikoterapi dinamik, khususnya tradisi merupakan pendekatan-pendekatan dalam konseling. Istilah perspektif digunakan untuk alasan konseptual, sosial dan historis. Pendekatan Healing antara lain orientasi, pembukaan, konseptualisasi, evaluasi, Pengembangan profesional.
Dari pengertian diatas maka pada akhirnya disimpulkan bahwa dalam penyembuhan, fungsi konseling dalam Pembukaan adalah pentingnyaa memperhatikan variabel-variabel relasional dan pengaruh-pengaruh sosial, dalam konseptualisasi perlunya asesmen dalam rangka memahami konflik-konflik ketidaksadaran, dalam intervensi perlunya penggunaan psikoterapi individual, dalam evaluasi perlunya digunakan studi kasus sebagai bukti, dan dalam pengembangan profesional pentingnya pembelajaran pribadi melalui supervisi.
















Daftar Pustaka

Stone, Geral. L., (1985), Counseling Psychology : Perpsective and Functions, Monterey, California : Brooks/Cole Publishing Company.

       Sukiman (Uki-edukita.blogspot.com)

       Sunardi. (2008). Kajian Buku Psikologi Konseling Perspektif Dan Fungsi. PLB FIP UPI.